03 Februari 2008

Pembatinan Kristiani

Bacaan : II Tawarikh 7 : 18

Kata pembatinan pada judul di atas tidaklah sama dengan kebatinan ataupun aliran kepercayaan. Jangan alergi dengan istilah pembatinan ini. Sebab pada hakikatnya perenungan, doa, meditasi ataupun kontemplasi tentulah menggunakan wilayah pembatinan. Pembatinan dalam renungan singkat ini mendasarkan pada apa yang dijadikan refleksi Daud, ketika Daud dikukuhkan oleh Tuhan dengan berkat dan janjiNya. Daud merasa bahwa apa yang telah dicapainya selama ini bukan karena hasil jerih lelah dan perjuangannya, apa lagi jasa kepahlawanannya bagi Israel.

Tidak ada dalam batin Daud untuk mengakui dirinya sebagai penentu atas keadaan Israel. Hanya Tuhan Allah yang membuat dirinya menjadi orang nomor satu di Israel dan membawa Israel pada puncak kejayaannya.

Upaya mengakui Tuhan dalam diri kita agaknya hal yang sudah seharusnya kita tanyakan ulang. Kita menjadi yang sekarang ini bisa jadi lebih sering diakui karena jasa kita sendiri. Dan jika kita menggunakan alasan pekerjaan ataupun pelayanan kita itu, jika ada yang mengritik atau kita tidak dipakai lagi, bisa diduga akan sakit, ini merupakan indikasi bahwa yang menjadi orientasi pekerjaan dan pelayanan kita itu adalah diri kita sendiri. Apalagi jikalau ada ambisi sebaik apapun alasan itu bisa tidak jujur dan bisa berubah di tengah jalan. Banyak orang seakan mengagungkan kata pelayanan, tetapi jika kita jujur sebenarnya siapa yang kita layani? Tuhan, orang lain/sesama atau diri sendiri?

Daud dengan segala kejayaannya, dan keagungannya pun menempatkan Tuhan sebagai yang membuat segalanya bisa seperti itu. Sikap Daud tersebut menjadi sebuah teladan yang amat baik bagi kita agar kita pun memiliki pengakuan Tuhan yang memberikan semuanya ini. Sehingga kita tidak jatuh dalam kesombongan

Hal yang paling sulit dalam diri kita yakni mengakui kekurangan diri sendiri. Karena telah lama kita mendemonstrasikan kepandaian kita, kita biasa mendikte orang lain, terbiasa memamerkan kemampuan diri lupa bahwa kita sebenanrnya terbatas, ada banyak kekurangan, tetapi semua itu sudah terlanjur jauh kita timbun dengan kesombongan diri sendiri.

Pembatinan kristiani memungkinkan orang sampai pada pengakuan atas keadaan yang sebenarnya pada diri sendiri, dan keadaan yang dijumpai itu adalah diri sendiri yang sesungguhnya di hadapan Tuhan tidak ada artinya, sehingga seperti Daud, “siapakah aku ini Tuhan?”

Oleh : Pdt. Tanto Kristiono.

Tidak ada komentar: