13 Januari 2008

Benarkah kehidupan ini bagaikan roda yang berputar?

Bacaan : I Raja-raja 11: 1-13


Pesona Raja Salomo tidak bertahan lama. Sejak ketenarannya mengambil keputusan atas sengketa dua orang perempuan yang memperebutkan anak, segera mengalami prestasi mencengangkan dalam memimpin Israel. Namun, ia kemudian jauh meninggalkan perintah Tuhan sendiri. Ia mempunyai istri terdiri tujuh ratus perempuan dari kaum bangsawan dan tiga ratus gundik. Dan ia memasukkan ibadah kekafiran bagi seluruh Israel yang dibawa oleh para isterinya itu.
Kemaharajaan Salomo dalam waktu relatif singkat hilang seketika, pamor kehebatan Salomo tidak ada artinya sama sekali dibandingkan kehancuran spiritualitas dan moral bangsa Israel. Komentar orang atas Salomo bisa seperti itu, sehingga prestasi raja Salomo merupakan prestasi buruk jatuhnya moralitas yang dibangun para nabi.
Apakah yang dilakukan oleh raja Salomo akan membenarkan bahwa roda kehidupan itu berputar? Jika salomo menempati posisi di atas kemudian segera ia menempati posisi di bawah. Ataukah roda berputar itu lebih pada moralitas?
Raja Salomo membawa bangsa Israel untuk menempati keadaan buruk dan menyebabkan Tuhan berencana menghukum Israel mengalami kehancuran dalam wujud terkoyaknya Israel menjadi dua kerajaan. Hukuman itu benar-benar terwujud. Hukuman Tuhan ini amat dahsyat, dan itu hanya disebabkan justru karena kejatuhan raja Salomo beserta seluruh rakyatnya. Lebih jauh dan mengenaskan lagi setelah pecahnya Israel menjadi dua kerajaan; Israel Utara di tahun 721 SM hancur terbuang di Asyur dan tak pernah kembali, sehingga berakhirlah kerajaan Israel Utara, menyusul dua abad berikutnya Yehuda terbuang ke Babil, nyaris mengikuti jejak saudaranya Israel Utara, jika tidak karena Tuhan masih memegang janji setiaNya, Yehuda kembali dari pembuangan Babil.

Tidak main-main hukuman Tuhan, dan tidak main-main persoalan kesetiaan kepada Yahwe Tuhan Allah Israel.

Jika demikian, roda kehidupan berputar bukan di sekitar hal-hal yang bersifat ekonomi, nasib, kesejahteraan hidup. Tetapi lebih pada moralitas. Namun moralitas itu jika ingin tetap mempesona harus di dalam keadaan terjaga. Caranya jika manusia setia dan berbakti kepada Tuhan.

Tuhan memberkati.

Oleh : Pdt. Tanto Kristiono



Tidak ada komentar: